Selasa, 18 Juni 2013

Ada Hal Lain yang Harus Dinaikan daripada BBM

http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/04/14/200480_megawati-pimpin-deklarasi-pasangan-cagub-ganjar-heru_663_382.jpg

news – Partai Demokrat mengkritik PDIP yang menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dan malah mengajukan alternatif postur APBN-P sebagai tandingan RAPBN-P 2013 yang saat ini tengah dibahas pada rapat paripurna DPR, Senin 17 Juni 2013.

“Kalau ada alternatif untuk tidak naikkan BBM, harusnya dilakukan saat dulu berkuasa,” kata politisi Demokrat Achsanul Qosasi mewakili Fraksi Demokrat di rapat paripurna DPR. Untuk diketahui, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dua kali menaikkan harga BBM ketika menjabat sebagai presiden.

Megawati pertama kali menaikkan harga BBM dari Rp1.450 menjadi Rp1.550 per liter pada Maret 2002. Ia kembali menaikkan harga BBM dari Rp1.550 menjadi Rp1.810 per liter pada Januari 2013. Ketika Megawati menjabat sebagai Wakil Presiden RI di masa pemerintahan Gus Dur pun, harga BBM naik sebanyak dua kali.

Hal ini pun telah disinggung langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun lalu. “Sejak Indonesia merdeka, sejarah mencatat terjadi 38 kali kenaikan harga BBM. Tujuh kali kenaikan harga BBM terjadi di era reformasi, termasuk di era Gus Dur dan Megawati. Sementara dalam pemerintahan saya, terjadi 3 kali kenaikan harga BBM dan 3 kali penurunan harga BBM,” kata SBY pada 31 Maret 2012.

Apapun, PDIP berpendapat kenaikan harga BBM saat ini tidak tepat. Partai banteng moncong putih itu bersikukuh ada alternatif lain untuk menyehatkan fiskal negara tanpa menaikkan harga BBM, misalnya dengan menaikkan bea cukai rokok dan minuman beralkohol. “Ada perusahaan rokok yang memproduksi 24 miliar batang per tahun. Kalau harga rokok dinaikkan Rp100 rupiah saja, pemasukan pajak bisa Rp2 triliun,” kata politisi PDIP Maruarar Sirait dalam sidang paripurna DPR.

Sebelumnya Menkeu mengatakan, pemerintah harus menaikkan harga BBM bersubsidi karena neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit sebesar US$1,62 miliar pada April 2013. Salah satu hal yang mendorong terjadinya defisit adalah karena adanya kenaikan impor migas sebesar 9,5 persen dari US$3,6 miliar pada Maret menjadi US$3,9 miliar pada bulan April.

“Oleh karena itu sangat mendesak untuk menaikkan BBM, karena hal ini menjadi penyebab impor migas,” ujar Chatib. Menurutnya, peningkatan konsumsi BBM bersubsidi masyarakat tidak seimbang dengan produksi minyak Indonesia yang terus menurun ke depannya. Untuk itu kenaikan harga BBM diharapkan dapat mengendalikan konsumsi BBM masyarakat.






sumber | iniunic.blogspot.com | http://politik.news.viva.co.id/news/read/421454-tolak-bbm-naik--pdip-dikritik-demokrat