Artikel tersebut bertajuk "The Face of Buddhist Terror". Artikel tersebut mengenai seorang biksu Buddha yang kontroversial karena telah melontarkan statemen-statemen yang memperburuk konflik sektarian antara warga Buddha dan muslim Rohingya di Myanmar.
Juru bicara pemerintah Myanmar Ye Htut memposting perihal pelarangan itu pada Selasa, 25 Juni lewat laman Facebooknya.
Edisi terbaru Time yang dirilis pekan ini menampilkan foto biksu radikal, Wirathu di sampul majalah dengan tulisan "The Face of Buddhist Terror."
"Artikel berjudul 'The Face of Buddhist Terror' di majalah Time edisi 1 Juli dilarang untuk diproduksi, dijual dan didistribusikan dalam versi asli maupun salinan guna mencegah konflik rasial dan agama yang lebih jauh," tulis Ye Htut seperti dilansir Press TV, Rabu (26/6/2013).
Warga juga menggalang petisi online yang dimulai akhir pekan lalu untuk mengecam majalah Time. Dalam petisi itu disebutkan, penggunaan kata-kata "Buddhist" dan "Terror" dalam artikel yang menjadi cover story Times tersebut telah "membuat marah umat Buddha yang damai".
Para pengguna Facebook menuding Time telah memperburuk perpecahan dan menghina agama utama Myanmar. "Menghina biksu Wirathu, seorang putra Buddha adalah sama dengan menghina agama Buddha," demikian bunyi postingan seorang pengguna Facebook bernama Wai Phyo.
Pada Maret lalu kekerasan sektarian kembali terjadi di Myanmar tengah yang menewaskan sedikitnya 44 orang. Ribuan rumah dibakar dalam insiden tersebut. Menurut sejumlah saksi mata, sejumlah orang yang mengenakan jubah biksu terlibat dalam konflik sektarian antara warga muslim dan Buddha tersebut.
sumber | klik77.blogspot.com | http://news.detik.com/read/2013/06/26/125514/2284684/1148/tulis-the-face-of-buddhist-terror-time-dilarang-beredar-di-myanmar?9911012
