"Usia 18 tahun ke bawah 45 persen pernah menikah. Yang kita agak cemas, umur 10-14 tahun pun sudah ada 2,5 persen (yang menikah). Jadi data ini tidak terlalu berubah selama 10 tahun. Dan malahan, yang agak mencemaskan kita, di kota ternyata rata-rata umur (yang menikah) menurun, jadi artinya makin banyak perkawinan muda di kota," jelas Kepala BKKBN Pusat, Prof dr H Fasli Jalal SpGK, PhD.
Hal ini disampaikannya di sela-sela acara Seminar Remaja dalam Rangka Hari Keluarga XX Tingkat Nasional di Hotel Azahra, Kendari, seperti ditulis Kamis (27/6/2013).
Menurut Fasli, kondisi ini cukup mengherankan. Sebab, seharusnya tingkat pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan aktivitas orang kota yang cukup tinggi membuatnya lebih bijak untuk tidak menikah di usia remaja.
"Nah, fenomena ini sedang kita cari penyebabnya, karena secara sosial ekonomi sudah membaik. Ada tidak faktor kecemasan-kecemasan lain atau mungkin ada dari faktor agama, pemahaman agama yang kurang baik. Artinya ini memberikan bendera merah pada kita. Ini tidak sederhana lagi, masalah serius," lanjut Fasli.
Pernikahan dini biasanya banyak terjadi di daerah-daerah pedesaan karena adanya banyak faktor, seperti faktor pendidikan, kurangnya pengetahuan, serta adanya budaya dan stigma pada orang-orang yang belum menikah di usia lebih dari 20 tahun.
Bila dibandingkan dengan dua kali data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka pernikahan dini di desa sedikit menurun, tapi justru meningkat untuk daerah kota. "Jumlah kelahiran dari remaja di desa lebih banyak, tapi usia yang menikah di kota semakin muda," tutup Fasli.
sumber | klik77.blogspot.com | http://health.detik.com/read/2013/06/27/103644/2285582/763/kecil-kecil-sudah-menikah-angka-kawin-muda-di-kota-makin-tinggi?991104topnews