Sekitar 50 atlet dan pelatih langsung berkumpul di lapangan tenis dan melakukan pemanasan di bawah bimbingan Horst Guentzel, pelatih asal Jerman dari Federasi Tenis Internasional (ITF), yang melatih di Jepang.
Ketua Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PELTI), Maman Wirjawan, mengatakan pelatihan ini bertujuan mendongkrak kemampuan atlet dan pelatih tenis kursi roda di Indonesia. Menurut Maman, pelatihan ini juga untuk menjaring atlet tenis kursi roda yang berpotensi masuk tim nasional.
“Kita memusatkan pelatihan tenis nasional dan perkembangannya di Solo karena memang animo masyarakat sangat tinggi, fasilitas layak standar nasional dan internasional, dan suasana kota sangat mendukung berkembangnya olahraga,” ujarnya.
Menurut Maman, acara yang disebut ITF Wheelchair ini sangat membantu PELTI memusatkan perkembangan olahraga tenis, termasuk tenis kursi roda, di kota Solo.
“Kalau kita sudah punya pemain tenis seperti Christo berkelas internasional, ya cukup 20 orang, maka skuad tim nasional kita akan kuat, seleksi tim nasional lebih gampang. Sekarang saya cari delapan orang untuk tim nasional saja sangat susah.
Maman mengatakan ITF memberikan respon yang luar biasa dan memberikan sumbangan 25 kursi roda untuk atlet tenis penyandang cacat, kemudian disediakan pelatih berstandar ITF dengan semua biaya ditanggung lembaga itu.
Dari pantauan di lokasi pelatihan, puluhan atlet dan pelatih tenis kursi roda menjalani latihan fisik, diantaranya ketranpilan dan kecepatan menggunakan kursi roda, teknik memainkan raket tenis, dan sebagainya.
Juru bicara Komisi Tenis Kursi Roda dari Komite Olimpiade Penyandang Difabel Nasional (NPC Indonesia), Yasin Onasie mengatakan Indonesia masih kekurangan bibit atlet tenis kursi roda.
“Dari 33 provinsi di Indonesia, hanya ada sembilan provinsi yang punya atlet tenis kursi roda. Padahal kita butuh banyak. Kita targetkan tahun depan ada 15 provinsi yang punya atlet tenis kursi roda, tahun berikutnya 20 propinsi. Begitu seterusnya,” ujarnya.
“Tenis kursi roda itu olahraga mahal. Kursi rodanya mahal, lapangan mahal, raketnya mahal, biaya pelatihnya juga mahal, semua mahal. Jadi belum semua daerah di Indonesia bisa. Kalau di Solo, karena imbas dari Solo sebagai tuan rumah ASEAN PARAGAMES beberapa tahun lalu yang luar biasa,” tambahnya.
Sementara itu, Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, menyatakan Solo siap menjadi tuan rumah berbagai acara olahraga tingkat nasional maupun internasional yang akan menghasilkan bibit atlet berprestasi.
“Kita ingin Solo melahirkan atlet potensial juara dunia seperti Yayuk Basuki dan Angelique Wijaya,” ujarnya.
sumber | iniunic.blogspot.com | news.lintas.me/go/voaindonesia.com/solo-resmikan-pelatihan-tenis-bagi-atlet-berkursi-roda