Kehadiran Gordon Tobing, yang mendampinginya, pun tak bisa mencegah bulu kuduknya merinding. Sekujur tubuhnya kian bergetar hebat saat langkah kaki Bung Karno terdengar menghampiri ruang tamu Istana. “Ini yang namanya Titiek Puspa?” sapa Bung Karno ramah sambil menjulurkan tangan.
Titiek cuma bisa mengangguk pelan. Kepalanya tertunduk kian dalam. Ia grogi luar biasa. Bagi Titiek kala itu, Bung Karno bukan cuma seorang presiden. Dia juga ibarat orang sakti yang punya inner power yang membuat siapa pun yang bertemu. “Rasanya seperti berhadapan dengan orang sakti. Seperti bertemu dewa!” tutur Titiek dalam buku Titiek Puspa: A Legendary Diva karya Alberthiene Endah.
Ia antara lain melantunkan Oh Angin dan Kasih di Antara Remaja, yang kala itu sedang jadi lagu hit. Bung Karno senang dan bertepuk tangan. Titiek pun langsung ditetapkan sebagai penyanyi Istana. Tak cuma itu. Bung Karno juga amat terkesan oleh cara Titiek berkebaya. Ketika pada 1964 Indonesia akan mengirimkan tim seni budaya ke Floating Fair di sejumlah negara, Bung Karno meminta Titiek sebagai role model. “Lihat itu Titiek Puspa. Cara pakai kainnya tak membuat dia kesulitan berjalan,” ujar Bung Karno.
Lain lagi nasib yang dialami para putra Koeswoyo yang tergabung dalam grup musik Koes Bersaudara. Gara-gara kerap menyanyikan lagu-lagu Barat, mereka harus mendekam di penjara selama tiga bulan. Maklum, kala itu Bung Karno tengah gencar-gencarnya melawan kolonialisme, kapitalisme, dan neokolonialisme.
Penampilan Tonny Koeswoyo bak John Lennon tak mampu mengambil hati Bung Karno kala itu. "Musik kami dibilang musik ngak-ngik-ngok," kata Yon Koeswoyo saat berbincang dengan Detik di kediamannya di Pamulang, Tangerang Selatan, Jumat dua pekan lalu.
Merek diciduk aparat sehari setelah manggung di rumah Kolonel Koesno di Petamburan, Jakarta. Rupanya seorang anggota staf dari Kedutaan Besar Amerika Serikat turut hadir dalam acara itu. Saat Koes bersaudara manggung, rumah sang kolonel dilempari batu oleh Pemuda Rakyat.
Mereka tidak suka saat mendengar Koes menyanyikan lagu-lagu The Beatles karena dianggap menentang perintah Bung Karno yang anti-Barat. “Untung Mas Tonny segera keluar dari rumah dan minta maaf serta berjanji tidak akan mengulanginya," ujar Yon.
Para jaksa yang menginterogasi mendesak para personel Koes Bersaudara menyebutkan aktor intelektual di belakang mereka. Mereka dituding melakukan subversi dan diisukan sebagai agen intelijen untuk kepentingan Barat. “Wah, ngeri banget tuduhannya," kata Yon diiringi tawa.
Namun pemenjaraan itu justru menjadikan Koes Bersaudara kian kreatif. Jiwa seni mereka kian terasah dan tak cuma bisa menirukan The Beatles. Selama di bui, Tonny berhasil menciptakan beberapa lagu, baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Sebut saja Balada Kamar Lima Belas, To the so Called the Guilties, Jadikan Aku Dombamu dan Di dalam Bui.
Semua lagu itu direkam dalam piringan hitam dengan menggandeng perusahaan Dimita Moulding Company dengan label Mesra. “Dan lagu itu meledak di pasar," ujar Yon.
Karena itu, ia dan saudara-saudaranya tetap menghormati dan mengagumi Bung Karno. “Bung Karno itu presiden paling dahsyat,” ujar Yon.
sumber | klik77.blogspot.com | http://news.detik.com/read/2013/06/17/122240/2275415/10/titiek-jadi-penyanyi-istana-koes-bersaudara-dipenjara?9911012