Senin, 08 Juli 2013

“Teasorbent : Dari Ampas Teh turun ke Air”


Apa yang agan pkirin dari judul diatas? aneh? penasaran? here is it, the answer

Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)
Ampas teh memang kurang lazim kita ketahui kegunaannya, mungkin saat ini para petani sekitar hanya menggunakan ampas teh sebagai kompos. Menurut Indoteaboard.org.id, menyatakan bahwa produksi teh Indonesia pada tahun 2010 mencapai angka 120.000 ton. Dengan produk yang melimpah, otomatis pemanfaatan teh sebagai barang konsumsi masyarakat semakin marak dan dicari. Oleh karenanya, Reza Radiyatul Jannah, bersama dua rekannya Mayliga Nor Permana, dan Erwin Nur Cahyanto yang merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro mencoba mencari alternatif dalam pemanfaatan ampas teh yang tak terpakai, menjadi produk yang bernilai tinggi. Teasorbent, yaa..itu adalah nama produk yang dibuat Reza dan kawan-kawan, dimana produk ini digunakan untuk menanggulangi masalah air tanah, khususnya kontaminasi logam bes (Fe). “Kita sering mendapat komplain warga soal air yang bau karat, dan warna kuning yang menempel pada baju, itu lumrah, besi penyebabnya” pungkas Reza. Persoalan besi memang menjadi hal yang biasa dirasakan masyarakat, ditambah kurangnya informasi mengenai kontaminasinya dalam air tanah.

“Dari masalah ini lah coba kita cari solusi, kebetulan ampas teh tak terpakai, metodenya pun tidak sulit, tidak memakan biaya juga ” ujar Reza. Setelah dilakukan pengujian mengenai penelitian ampas teh sebagai adsorben selama 2 bulan di Laboratorium Kimia Analitik Universitas Diponegoro, didapatkan hasil bahyaTeasorbent dapat mengadsorpsi atau mengikat Fe dalam air sebesar 98% dari jumlah total Fe dalam air buatan yang mengandung Fe sebanyak 8 ppm. Dengan optimalisasi yang diberikan, Teasorbent bisa memberikan solusi yang pasti dalam penanganan air tanah yang terkontaminasi Fe. Teasorbent telah dilakukan uji pada salah satu sampel air tanah dari Desa Krenekan, Kecamatan Ceper, Klaten. Dengan kadar Fe sebesar 1, 675 ppm , sampel air ini melebihi ambang batas maksimum Fe untuk konsumsi, dimana nilai Fe maksimum untuk air yang dapat dikonsumsi adalah sebesar 0,3 ppm (PERMENKES RI NO.416/Men.Kes/Per/IX/1990).

Oleh karena itu, Teasobent sudah diujikan untuk menanggulangi masalah ini, dimana hasil yang didapatkan sangat memuaskan. Kadar Fe dalam air tanah Klaten, mengalami penurunan hingga nilai kurang dari 0,03 ppm. Ini membuktikan bahwa produk Teasobent sangat efektif untuk penanganan masalah air tanah yang terkontaminasi logam Fe. “Semoga produk kami dapat dimanfaatkan secara luas, khususnya didaerah Jawa Tengah, Insya allah kami sudah siapkan reaktor Teasorbent agar penggunaan dapat dijankau oleh semua kalangan” ujar Reza.

Penampakan Para penelti

Saatnya yang MUDA yang berkarya, bukan yang muda yang merana yaa


sumber | iniunic.blogspot.com | http://www.kaskus.co.id/thread/51cef9823f42b2057d000002/teasorbent--dari-ampas-teh-turun-ke-air/