Selasa, 04 Juni 2013

Awas Muntah,. Kenali Gejalanya gan,.!



Jakarta, Tak ada satu pun orang yang ingin sakit atau dekat-dekat dengan seseorang yang akan muntah. Tapi bagi sebagian orang, melihat orang muntah itu begitu mengerikan hingga mereka panik dan menyebabkan perilaku obsesif seperti agoraphobia (ketakutan berada di tempat umum).

Yang tak terduga, di Inggris sendiri, jumlah penderita emetophobia atau orang yang takut muntah diperkirakan mencapai tiga juta orang. Salah satunya adalah Louise Fellows yang berasal dari Maidenhead.

"Saat berusia 8 tahun, saya sadar jika saya sangat takut jatuh sakit. Orang tua saya mengira ini bisa jadi ada kaitannya dengan batuk rejan serius yang saya derita," terang direktur perusahaan internasional, Telecom ini.

"Sejak saat itu emetophobia menghantui kehidupan sehari-hari saya. Saya menjadi gila kebersihan sama halnya ketika saya ketakutan terkena apapun seperti Norovirus," lanjutnya.

Saat anak laki-lakinya masih bayi, Louise pun mengaku takkan makan selama dua-tiga hari setelah melakukan kontak dengan putranya karena ia takut itu akan membuatnya muntah. Akibatnya berat badannya pun menurun drastis.

"Saya pun mengenakan scarf kemanapun di wajah saya, terutama dalam situasi-situasi yang riskan. Saya juga memiliki kebiasaan kompulsif ringan seperti finger crossing dan terus berdoa agar saya tak jatuh sakit," tandas Louise.

Louise mengaku menghabiskan banyak waktu untuk melakukan riset tentang Norovirus di internet. Begitu pula ketika putranya mulai bersekolah. Secara obsesif, Louise berkeliling ke penjuru sekolah untuk melihat apakah ada virus-virus tertentu yang berkeliaran di lingkungan tersebut dan bisa saja memberikan risiko penyakit tertentu pada si anak, dan secara tak langsung padanya.

"Dokter saya malah tak paham apa yang terjadi pada saya jadi ia memberi saya sejumlah kontak dengan terapis dan beberapa leaflet tentang self-help, tapi kesemuanya ini tak merujuk pada fobia itu sendiri jadi saya tahu ini takkan efektif bagi saya," timpal Louise.

Louise juga pernah mencoba terapi seperti Talking Therapy via telepon yang diselenggarakan oleh NHS. Waktu itu, dokter mengatakan bahwa akar permasalahan Louise adalah depresi tapi ibu satu anak ini tahu betul ia tidaklah depresi. Selain terapi paparan, Louise juga diminta mengonsumsi antidepresan tertentu untuk meminimalisir gejalanya.

"Saya sampai frustasi berat karena tak ada yang mau mendengarkan saya," keluhnya seperti dilansir Daily Mail, Selasa (4/6/2013).

Emetophobia, perasaan takut muntah atau melihat orang lain jatuh sakit ini tidaklah banyak didiagnosis meski gangguan kecemasan ini terbilang cukup sering ditemukan. Para pakar pun memperkirakan sebagian besar penderitanya adalah wanita.

Namun efek emetophobia terhadap penderita bisa beragam, hanya saja sebagian besar merasa sangat ketakutan akan jatuh sakit kendati mereka bukanlah tergolong orang-orang yang mudah sakit berkat berbagai cara yang telah mereka tempuh untuk menghindari infeksi apapun.

Beberapa penderita juga kesulitan untuk meninggalkan rumah jika mereka tahu ada wabah tummy bug (gastroenteritis) yang tengah melanda lingkungannya. Tak heran mereka juga akan menghindari keluarga atau rekan-rekan yang kebetulan sedang sakit.

Tak hanya itu, terkadang penderita pun takut menjadi tak terkontrol ketika sedang sakit atau takut jatuh sakit di tempat umum sehingga memicu munculnya perilaku penghindaran (avoidance). Untuk itu, sebagian besar penderita mempunyai pola makan ketat yang terbebas dari berbagai hal yang dapat menyebabkan sakit perut dan menghindari obat-obatan yang mencantumkan mual sebagai efek sampingnya.

Banyak penderita emetophobia wanita yang juga takut hamil karena mereka khawatir tak dapat mengatasi 'morning sickness' yang terjadi pada wanita hamil setiap hari.

Beruntung Louise akhirnya menemukan terapi baru yang disebut dengan Thrive yang hampir serupa dengan Cognitive Behavioural Therapy atau semacam terapi bicara.

http://images.detik.com/content/2013/06/04/763/183357_vomitts.jpg 

Terapi yang dirancang oleh mantan hipnoterapis Rob Kelly ini ditujukan untuk membantu perokok agar berhenti dari kebiasaannya, begitu juga dengan orang-orang yang berjuang menurunkan berat badan, orang yang mengalami nyeri intens hingga penderita berbagai fobia.

Program ini terdiri atas enam bagian yang dapat dilakukan di rumah saja atau penderita dapat mengikuti seminar dan bootcamp. Cara kerjanya adalah dengan membantu orang-orang agar lebih pandai memahami bagaimana caranya bereaksi terhadap berbagai situasi, termasuk mengubah perilaku tak sehat, apapun itu.

"Ini adalah tentang memberi kekuatan bagi orang-orang untuk membuat perubahan bagi dirinya sendiri. Terapi ini bahkan lebih murah dari terapi tradisional, konsultan tak perlu menghapus pengalaman pasien di masa lalu dan pasien takkan bergantung pada konsultannya," ujar Rob Kelly.

"Beberapa hari setelah sesi terapi ketiga, anak laki-laki saya jatuh sakit. Biasanya saya langsung ketakutan, berlarian ke luar rumah atau menelpon rekan saya untuk merawatnya. Tapi ternyata saat itu saya mendatanginya dan menenangkannya, bahkan saya tak berpikir tentang bahayanya melihat anak saya muntah," kata Louise.

"Lama-kelamaan barulah saya sadar. Saya tak tahu pasti bagaimana hal itu bisa terjadi, tapi tanpa menyadarinya, saya telah benar-benar sembuh," tutupnya.





sumber | iniunic.blogspot.com | http://health.detik.com/read/2013/06/04/183200/2264800/763/orang-yang-takut-muntah-jadi-frustasi-gara-gara-sering-diabaikan?l992205755