Hal itu disampaikan oleh Sri Juwita Kusuma Wardhani, M.Psi, psikolog dari Klinik Psikologi Universitas Indonesia. Menurutnya, status hubungan seseorang menentukan tingkat kepuasan hidup dan risiko untuk mengalami stres. Seperti diketahui, stres adalah salah satu pemicu sakit maag.
Selama berpraktik, Wita mengaku sering menemukan pasien yang mengalami maag gara-gara stres. Usia dewasa muda atau sekitar 20-an tahun paling rentan mengalami jenis maag yang seperti ini. Urusan jodoh, akademis maupun karir merupakan beberapa pemicu stres paling umum di kelompok usia tersebut.
Sementara itu, dr Ari Fahrial Syam, SpPD dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membenarkan bahwa sakit maag kadang tidak disebabkan oleh kerusakan pada organ lambung. Maag yang antara lain dipicu oleh stres itu disebutnya sebagai maag fungsional, untuk membedakannya dari stres organik yang dipicu oleh kerusakan organ pencernakan.
dr Ari yang merupakan konsultan saluran cerna ini juga mengatakan bukan hanya orang yang tidak menikah saja yang rentan kena serangan maag. Kadang-kadang, orang tua dari anak yang sudah dewasa tetapi belum juga mendapat pasangan hidup juga rentan mengalaminya.
"Orang tua kena maag, kalau ternyata anaknya sudah dewasa dan tidak juga menikah bisa dicurigai itu maag fungsional. Atau sudah menikah, tetapi tidak juga punya anak. Itu juga bisa stres lalu kena maag," kata dr Ari.
sumber | iniunic.blogspot.com | http://health.detik.com/read/2013/07/08/065318/2295082/763/psikolog-jomblo-dan-telat-nikah-rentan-kena-serangan-maag?l992202755