WASHINGTON - Printer 3D memiliki beragam manfaat untuk bidang seperti kesehatan, militer (senjata api dari mesin cetak 3D) dan sebagainya. Ternyata, teknologi mesin cetak ini berasal dari ide imajinatif (fantasi) dan akhirnya dapat tercipta prototipe aslinya.
Dilansir Watoday, Selasa (4/5/2013), peneliti Cornell University menggunakan printer 3D dengan injeksi dari gel kolagen khusus untuk menciptakan telinga buatan persis sungguhan. Kabarnya, mesin cetak 3D ini juga digunakan untuk pusat penelitian militer drone Amerika Serikat.
Mesin-mesin cetak inovatif ini memiliki ukuran sebesar oven microwave dan berbiaya dari USD400 sampai lebih dari USD500 ribu. Mesin cetak 3D ini bisa membuat objek dari plastik atau material lainnya, seperti logam.
Pengguna juga bisa menciptakan sandaran iPad, gitar, pernak-pernik bawah senjata api. Akan tetapi, para ahli mengungkapkan inovasi ini bisa memunculkan kontroversi, bukan hanya masalah keamanan, tetapi juga mempengaruhi perubahan ekonomi terkait pihak manufaktur.
"Kami percaya bahwa printer 3D merupakan dasar yang mampu merubah ekosistem manufaktur secara keseluruhan," ungkap Peter Weijmarshausen, Chief Executive Shapeways, yang merupakan perusahaan online pembuat dan penjual desain produk 3D berbasis di New York.
Produk yang dijualnya seperti cangkir telur seharga USD8,10 dan lampu yang bentuknya menyerupai awan 'jamur' ledakan nuklir seharga USD1388,66. "Kami berada di ambang revolusi industri selanjutnya. Tak ada keraguan tentang ini," tutur Richard D'Aveni, profesor bisnis dari Dartmouth College.
Ia memperkirakan, dalam 25 tahun, seluruh industri kemungkinan menghilang. Menurutnya, negara di masa depan akan mengandalkan pada manufaktur massal dan akan sangat memangkas tenaga kerja.
"Kita akan melihat inovasi yang terjadi pada tingkat yang jauh lebih tinggi. Pengenalan produk di tingkat yang lebih tinggi," kata DeGrange. (fmh)
Dilansir Watoday, Selasa (4/5/2013), peneliti Cornell University menggunakan printer 3D dengan injeksi dari gel kolagen khusus untuk menciptakan telinga buatan persis sungguhan. Kabarnya, mesin cetak 3D ini juga digunakan untuk pusat penelitian militer drone Amerika Serikat.
Mesin-mesin cetak inovatif ini memiliki ukuran sebesar oven microwave dan berbiaya dari USD400 sampai lebih dari USD500 ribu. Mesin cetak 3D ini bisa membuat objek dari plastik atau material lainnya, seperti logam.
Pengguna juga bisa menciptakan sandaran iPad, gitar, pernak-pernik bawah senjata api. Akan tetapi, para ahli mengungkapkan inovasi ini bisa memunculkan kontroversi, bukan hanya masalah keamanan, tetapi juga mempengaruhi perubahan ekonomi terkait pihak manufaktur.
"Kami percaya bahwa printer 3D merupakan dasar yang mampu merubah ekosistem manufaktur secara keseluruhan," ungkap Peter Weijmarshausen, Chief Executive Shapeways, yang merupakan perusahaan online pembuat dan penjual desain produk 3D berbasis di New York.
Produk yang dijualnya seperti cangkir telur seharga USD8,10 dan lampu yang bentuknya menyerupai awan 'jamur' ledakan nuklir seharga USD1388,66. "Kami berada di ambang revolusi industri selanjutnya. Tak ada keraguan tentang ini," tutur Richard D'Aveni, profesor bisnis dari Dartmouth College.
Ia memperkirakan, dalam 25 tahun, seluruh industri kemungkinan menghilang. Menurutnya, negara di masa depan akan mengandalkan pada manufaktur massal dan akan sangat memangkas tenaga kerja.
"Kita akan melihat inovasi yang terjadi pada tingkat yang jauh lebih tinggi. Pengenalan produk di tingkat yang lebih tinggi," kata DeGrange. (fmh)
sumber | iniunic.blogspot.com | http://techno.okezone.com/read/2013/06/04/56/817456/printer-3d-dari-khayalan-berbuah-nyata